I Love You, I Love You Not : Part 12

19.34.00

Part 12: Di Rumah Ify

Ify menawarkan agar Acha, Rio dan Ozy datang ke rumahnya untuk mulai mengerjakan proyek buku sekolah itu. Hmm... Kira-kira, apa yang akan terjadi ya?

+++

Sambil melangkah memasuki ruang tamu, Acha mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan.

“Sebentar ya Non, saya panggilkan Non Ify nya dulu…” kata seorang wanita paruh baya yang tadi membukakan pintu untuk Acha.

Acha mengangguk, “Makasih Bu…”. Sementara pembantu Ify tadi melangkah menaiki tangga yang melingkar di depannya, Acha kembali melemparkan pandangan ke ruangan yang luas itu. Lampu kristal yang tergantung di langit-langit terlihat begitu mewah, serasi dengan perabotan yang bermodel klasik. Cahaya matahari masuk ke ruangan itu melalui jendela-jendela setinggi badan. Beberapa jendela terbuka sebagian, sehingga tirai putih yang diikat di sisi jendela berayun pelan oleh tiupan angin yang masuk. Di sudut kiri depan, Acha melihat sebuah pintu kaca yang membuka ke arah taman samping.

“Acha! Pagi amat? Baru juga jam setengah 10 kan?” suara Ify menarik Acha untuk melihat ke tangga, dimana Ify tengah berjalan turun. Acha tersenyum.

“Eh, iya. Sori. Tadi soalnya sopirku sekalian nganterin Mama ke rumah Tanteku. Di deket-deket sini juga sih. Cuma daripada bolak-balik, ya udah, sekalian sambil nganterin aku.”

“Oh gitu… Okay, naik ke atas dulu yuk. Kita nunggu yang dua lagi di kamarku aja…” kata Ify sambil berbalik dan melangkah menaiki tangga kembali. Acha mengikuti Ify sampai ke kamar. Begitu masuk ke kamar Ify, Acha tidak bisa menahan kekagumannya.

“Kamar elo keren Fy…”

“Thanks… Ya udah, gih, duduk aja dimana lo suka” kata Ify sambil beranjak mendekati meja belajarnya, dan mulai mengutak-atik kembali MacBook Air putih miliknya.

Acha berjalan berkeliling melihat-lihat kamar Ify yang sejuk dan menguarkan wangi lemon dari pengharum ruangan yang digantung di AC. Sambil melihat-lihat sejumlah foto dan hiasan dinding lain yang dipajang di kamar itu, Acha menapaki karpet biru muda Ify yang empuk. Acha lalu memilih untuk duduk bersila di lantai, sambil bersandar pada tempat tidur Ify yang dilapisi bed cover berwarna biru tua bergaris-garis putih. Sebuah album foto di atas tempat tidur itu menarik perhatian Acha.

“Fy, aku boleh liat ini ga?” tanya Acha sambil mengacungkan album itu.

Ify mengalihkan pandangan dari layar monitor, lalu mengangguk. “Ya udah, liat aja…” sahut Ify sambil berdiri dan melangkah mendekati Acha. Ify lalu duduk berselonjor di sebelah Acha yang mulai membuka-buka album tersebut. Isi album itu adalah foto-foto Ify dengan teman-temannya di DIvA’s dalam berbagai acara. Kadang-kadang Ify menceritakan tentang cerita di balik salah satu foto, dimana foto itu diambil, dalam acara apa, siapa saja yang datang. Tidak hanya Ify dan anak-anak DIvA’s lainnya, seringkali beberapa wajah yang familiar bagi Acha karena sering muncul di TV ikut berfoto bersama mereka. Wajah Gabriel dan Cakka juga seringkali ikut muncul dalam kumpulan foto-foto itu.

“Kalian cantik-cantik semua ya Fy…” kata Acha sambil terus mengagumi foto-foto itu.

“Thanks. I’ll take that as a compliment…” sahut Ify, walaupun dengan nada tidak peduli.

“Kalian ga pernah keliatan jelek deh pokoknya...”

Ify tersenyum. “Tuntutan reputasi Cha…”

Acha menoleh ke arah Ify, sambil mengerutkan kening. “Maksud kamu Fy?”

“Ya gitu. I have a social reputation, dan dengan reputasi sosial yang kayak gua punya sekarang, orang-orang menuntut gua untuk selalu tampil sempurna…” sahut Ify dengan wajah tanpa ekspresi. Nada suaranya pun biasa saja, tanpa kesombongan sedikit pun. Seakan-akan dia cuma ngomong bahwa harga semangkuk bakso itu lima ribu perak.

Acha mengangkat alis, “Lo ga capek hidup kayak gitu Fy? Selalu ngikutin tuntutan reputasi gitu?”

Ify mengerutkan kening, “Mau gimana lagi? Orang-orang maunya gitu kan?”

“Terus, kalo elo ngerasa capek dengan semua tuntutan mereka, apa mereka mau ngertiin kamu?”
Ify diam. Menatap Acha. Berusaha memahami arti kata-kata Acha tadi. Sementara Acha tiba-tiba saja merasa kikuk. Dalam hati Acha menyesali kata-katanya barusan.

“Eh, sorry lho Fy… Gua ga maksud. Eh, maksud gua, gua ga pengen nyinggung elo. Lagian sahabat-sahabat elo kayak Dea, Zev sama Angel pasti ngertiin lo banget kan?” Acha berusaha mencairkan suasana.

Ify tersenyum. Pahit. Lalu mengalihkan pandangan dari Acha dan memilih untuk menelusuri kembali foto-foto di dalam album yang ada di pangkuan Acha tersebut.

“Udahlah, ga usah dibahas lagi. By the way, lo tau anak ini ga? Pacarnya Cakka tuh, namanya Agni” kata Ify sambil menunjuk salah satu foto di album itu. Acha memperhatikan foto itu, tapi pandangannya lebih tertumbuk pada sosok lain juga yang ada di foto itu.

“Gabriel cakep banget sih disini…” tanpa sadar Acha mengomentari Gabriel yang tengah tersenyum, dengan kemeja putih yang digulung sebatas lengan dan dasi yang ditalikan agak longgar, Gabriel memang terlihat begitu mempesona.

Ify tertawa, “Elo tuh orang ke 132.519 yang ngomong kalo Gabriel itu cakep. Jangan-jangan elo naksir dia ya Cha?” kata Ify sambil menoleh kembali ke arah Acha. Begitu melihat pipi Acha yang merona, Ify tertawa semakin nyaring.

“Tuh kaaannn… ketahuan deeehhh… Hayooo… mau gua comblangin Cha? Daripada nanti kalo gua akhirnya memutuskan kalo gua officially jadian ama Gabriel, lo malah nyesel lho…” goda Ify.

Acha mengangkat album itu untuk menutupi wajahnya. Duh! Skak Mat! Untunglah I-Phone Ify yang berdering mengalihkan perhatian Ify. Ify mengangkat I-Phone nya, walaupun masih tersenyum geli melihat Acha.

“Ify’s speaking. Siapa nih?”

“Ify ya? Fy, Ozy nih! Kami udah di depan gerbang. Tapi satpam elo ga mau bukain pagar Fy!! Kita malah disuruh ke Ketua RT dulu kalo mau minta sumbangan. Si Rio aja udah bete nih…”

Ify tertawa geli, “Ntar, gua turun deh…” jawabnya, lalu segera memutuskan sambungan.

“Turun yuk! Tu anak tengil udah nyampe sama Rio”

Acha berdiri sambil membenahi pakaiannya. Ozy sudah dateng? Sip! Asyik asyik asyikkk… Acha langsung merasa senang memikirkan akan segera bertemu Ozy. Ozy yang lucu, yang selalu membuatnya tertawa, yang kemarin membetulkan jepit rambutnya… Tiba-tiba denyut jantung Acha menjadi tidak beraturan kembali saat benaknya mengingat kembali kejadian kemarin.

Sebentar, sebentar… kenapa dia jadi merasa seperti ini ya? Ah, ini pasti gara-gara melihat foto Gabriel tadi, pikir Acha. Pasti. Masa sih dia merasa seperti ini hanya karena memikirkan Ozy? Nggak mungkin kan? Kan selama ini Gabriel lah yang dia sukai…. Ga mungkin kan dia jadi berdebar-debar begini hanya karena akan bertemu dengan Ozy? Ga mungkin kan? Lagian, bukankah setiap hari dia ketemu Ozy di sekolah?

Ify yang sudah sampai di pintu kamar menoleh heran ke arah Acha yang masih berdiri di tempatnya semula.

“Cha? Mau ikut turun ga?”

“Eh, iya Fy…” sahut Acha sambil buru-buru melangkah, menyusul Ify yang sudah terlebih dahulu keluar dari kamarnya.

***

“Pak Eca, bukain aja Pak! Mereka beneran temen sekelas saya kok…” seru Ify dari pintu sambil melangkah.

Satpam yang berjaga di depan rumah Ify buru-buru membukakan pintu pagar begitu melihat anak majikannya keluar dari rumah. Rio mendorong masuk motor milik Ozy sambil bersungut-sungut, sementara di sebelahnya Ozy mengikuti sambil tersenyum lebar. Tangan kirinya menjinjing sebuah plastik hitam, sementara tangan kanannya menenteng sebuah map plastik.

“Pantesan aja lo dikirain minta sumbangan, ngapain juga lo bawa-bawa map kayak gitu?” Ify tertawa sambil menunjuk map ditangan kanan Ozy.

“Tauk tuh anak. SARAP emang dia. Udah gua bilangin dimasukin dalam ransel aja dia ga mau.” Kata Rio sambil duduk di teras dan melepaskan sepatu ketsnya.

“Eh, ini isinya contoh-contoh desain buku tahunan gituuu… Ntar kalo dimasukin ransel lecek kayak muka elo Yo…” sahut Ozy kalem.

“Trus, itu apaan tuh?” kata Acha sambil menunjuk tas plastik hitam yang sekarang diletakkan Ozy di atas meja teras sementara dia melepaskan sepatu ketsnya.

Ozy melirik ke arah tas plastik tadi, lalu menatap Acha dan Ify yang berdiri bersisian. “Oh, itu? Waktu gua bilang ke nenek gua kalo pagi ini mau kerja kelompok, nenek gua langsung bikinin bubur ayam buat dimakan bareng-bareng…” kata Ozy dengan wajah berseri-seri.

“Really? That’s so nice…” kata Ify sambil mengangkat plastik itu, “Bilang ke nenek lo, makasih yaa…” tambah Ify lagi.

“Masuk yuk!” kata Ify lagi sambil melangkah ke dalam rumah.

“Lo buka katering atau apa sih Zy? Kayaknya adaaaa aja yang elo bawa dari rumah..” tanya Acha sambil mengiringi Ify masuk.

Ozy hanya menyeringai, “Ya gitu deh…”

“Mau duduk dimana? Di teras taman samping aja ya?” tanya Ify.

“Terserah deh… yang penting tu bubur cepetan dibuka. Capek gua boncengin orang sarap kayak dia, mana pake minta singgah di mini market segala lagi…” kata Rio sambil menoyor kepala Ozy.

“Emang tadi lo beli apaan sih Zy? Pake rahasia-rahasiaan gitu, gua malah disuruh nunggu di motor aja, ga boleh ikut masuk …” lanjut Rio lagi.

“Ya iya lah, lo jagain motor gua dong. Motor satu-satunya tuh. Lagian kalo ada buto ijo kayak elo yang nungguin motor gua, jamin deh, preman level Mafia Hongkong pun bakal males deket-deket motor gua…” sahut Ozy tidak peduli, mengikuti langkah Ify ke teras samping. Begitu sampai, Ozy langsung memilih untuk duduk di lantai teras.

“Fy, lesehan aja ya Fy…” kata Ozy lagi, sementara Rio mengikuti Ozy duduk berselonjor di lantai teras.

Ify tersenyum sambil mengangguk. “Ntar ya, gua ke atas dulu, ngambil laptop. Eh, apa pada mau makan buburnya Ozy dulu nih?”

“BUBUR!” seru Ozy bersamaan dengan Rio. Ify tertawa, lalu melangkah ke dapur. Beberapa menit kemudian, Ify keluar sambil menjinjing MacBook miliknya. Di belakangnya, Mbok Rahmi mengikuti sambil membawa baki berisi sejumlah mangkok dan rantang berisi bubur yang dibawa Ozy. Setelah meletakkan baki tersebut, Mbok Rahmi bergegas masuk ke dapur kembali untuk mengambilkan beberapa kaleng minuman dingin untuk mereka.

Setelah menghabiskan waktu tidak sampai 20 menit untuk menandaskan isi rantang yang dibawa Ozy, mereka langsung sibuk berdiskusi tentang konsep naskah buku tahunan yang akan mereka kerjakan. Dan walaupun Rio berat untuk mengakuinya, contoh-contoh halaman buku tahunan yang dibawa Ozy ternyata banyak membantu mereka.

***

“Whuaaaa…. Ah, udahan dulu yuk ah… Pegel niiihhh…” kata Ozy sambil meregangkan punggungnya. Dia lalu menoleh ke arah Ify, “Fy, gua kesana boleh ga?” katanya sambil menunjuk ke arah kolam renang. Permukaan kolam renang itu nampak berkilau ditimpa cahaya matahari. Bening airnya begitu menggoda di tengah hari seperti ini.

Ify mengangguk, “Mau berenang juga silakan…”

“Ah, gua mana tau lo pake acara punya kolam renang segala di rumah. Ga lah… Pengen maen aer aja…” kata Ozy sambil bangkit, dan melangkah menuju kolam renang. Ozy lalu menggulung celana jeansnya, dan duduk di salah satu tepi kolam renang yang diteduhi oleh payung berukuran besar.

“Eh, ntar gua lupa lagi Yo. Jadi ngambil kameranya nggak? Yuk ah, ada di dalem tuh, tadi malem udah gua siapin kok…” kata Ify sambil bangkit dan melangkah ke dalam rumah. Rio mengangguk, dan mengikuti Ify.

Acha bengong. Ditinggalkan begitu saja oleh teman-temannya.

“Sialan. Pada lupa semua ama aku…” pikir Acha setengah kesal. Dia lalu melemparkan pandangan ke arah Ozy yang tengah duduk sambil memain-mainkan kakinya di dalam air. Merasa diperhatikan, Ozy mengangkat wajah, lalu tersenyum sambil melambai ke arah Acha.

“Cha! Ngapain bengong disana sendirian? Sini aja yuk, maen air!” seru Ozy.

Acha tersenyum, lalu beranjak. Dengan langkah-langkah kecil Acha berjalan menghampiri Ozy, lalu duduk di sebelahnya. Mengikuti Ozy, Acha memasukkan kedua kakinya ke dalam air. Kesejukan air dikakinya terasa begitu menyegarkan Acha. Diam-diam, Acha melirik ke sisi kanannya, dimana Ozy tengah menatap lurus ke depan dengan pandangan setengah menerawang. Kakinya memainkan air kolam renang membentuk cipratan-cipratan kecil.

Tiba-tiba, Ozy menoleh ke arah Acha. Dengan senyuman yang berseri.

+++

YAK! Dipilih...dipilih dipiliiiiihhh... Mau liat Rio yang belajar motret sama Ify dulu, atau mau ikutan Acha dan Ozy maen air di pinggir kolam renang?
Pilihan Anda lewat komentar anda bisa mempengaruhi bagian mana yang akan saya jadikan postingan selanjutnya dalam Part 13... Btw, kayaknya sambil menentukan pilihan, makan bubur ayam enak tuuhh... ;p
Silahkeun menentukan pilihaaann... *kayak apa aja ya :D*

Regards,
= Ami =

~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~

SUMBER : http://idolaciliklovers.ning.com/forum/topics/i-love-you-i-love-you-not-12

You Might Also Like

0 comments