I Love You, I Love You Not : Part 26

15.16.00

Part 26: Seorang Cowok Sederhana dengan Segelas Air Putih di Tangannya

Dengan resminya hubungan Rio dan Ify, resmi pula status Gabriel menjadi single and available. Tapi Acha justru tidak mempedulikan hal itu. Acha malah lebih khawatir saat Ozy sakit dan tidak masuk sekolah. Acha lalu menengok Ozy.
Saat menengok Ozy itulah, akhirnya Acha menyadari, bahwa selama ini Ozy lah matahari yang menghangatkan hati Acha. Tapi, kenapa sih Ozy masih ga berani aja buat menyatakan perasaannya?

+++

Mata Ozy masih terpejam, tapi dalam keadaan setengah sadar, dia bisa merasakan sesuatu menjawil pundak kanannya. Diiringi sebuah suara yang memaksanya untuk benar-benar sadar dari tidurnya.

“Heh… Lo beneran sakit ya?”

Dengan malas Ozy membuka matanya, dan menoleh ke arah kanan dari bantalnya. Begitu melihat Rio yang tengah duduk di sampingnya, dengan cepat Ozy mengambil guling di sebelahnya dan menutupkan ke wajahnya.

“Aaaahhh…kalo lo yang dateng mah, gua bener-bener tambah pendarahan otak tauuuu…!” seru Ozy dari balik guling.

Suara tawa Ify membuat Ozy menjauhkan guling itu dari wajahnya.

“Eh, ada si Eneng… Habis disembur apa sama si mbah dukun sampe lo mau ikut dia kesini Fy?” tanya Ozy pada Ify yang duduk di pinggir tempat tidur Ozy.

“Lo untung banget dah lagi sakit gini… Kalo ga, lo udah gua jadiin umpan ikan paus!” kata Rio sambil menonjok perlahan pundak Ozy.

“Sakit apa Zy?” tanya Ify.

“Akhirnyaaa.. lo inget juga untuk menanyakannya…” jawab Ozy sambil bangkit dari posisinya yang semula masih berbaring menjadi duduk bersandar.

“Basa-basi doang kok…” tukas Rio.

“Ah, kalo Ify yang nanya mah, gua yakin dia beneran nanya…”

“Yaelah Zy… gua nanya apa, lo jawabnya pake keliling Pulau Jawa dulu. Lo sakit apa sih?” tanya Ify lagi sambil tertawa geli.

“Kata dokter sih gejala tipes gitu… Jadi ya udah. Disuruh istirahat dulu. Sebenernya ga enak juga sih. Kasian fans-fans gua di luar sana. Pasti mereka bosen menghadapi dunia ini yang terasa sepi tanpa kehadiran wajah ganteng gua…”

“Lo lagi sakit gini insap dikit kek…” kata Rio, sekali lagi mendorong pundak Ozy perlahan.

“Tumben kalian berdua inget buat nengokin gua? Kirain semenjak jadian, istilah garing bahwa dunia hanya milik berdua itu bener-bener kalian terapkan..”

“Siapa bilang kita mau nengokin elo? Kita cuma mau nagih jatah kue hari ini kok…” sahut Ify dari ujung tempat tidur. Tapi tiba-tiba wajah Ify berubah serius.

“Acha udah kesini Zy?”

Senyum Ozy menghilang. Perlahan dia mengangguk. Rio yang duduk di sebelahnya terbatuk pelan, lalu tersenyum kecil. Dia sudah mengenal Ozy begitu lama. Semenjak SMP dulu. Maka kali ini dia memilih untuk tidak berkomentar apa-apa.

Paling tidak selama 3 detik.

Karena stelah tiga detik, Rio tidak bisa menahan diri untuk langsung berkata dengan wajah jahil, ”CIE! CIE! CIE! Trus, lo langsung sembuh dong!!!”

Ozy menoleh dengan kesal ke arah Rio, lalu memukulkan guling yang masih dipeluknya ke arah Rio.

“Ah, elo Zy… pake sok ga naksir segalaaa… Udah lah… akuin aja! Ga rugi kok! Liat aja gua, akhirnya bisa dapet Ify kan?”

“Woi! Itu juga lo pake sombong segala, minta dikejar-kejar di tengah hujan gitu…” seru Ify.

“Emm.. halo? Gua lagi sakit lho… Kalian lagi pada nengokin gua lho… Ga bisa apa adegan pertengkaran pasangan yang dimabuk cinta ini jangan dilakukan di depan gua?” kata Ozy sambil melipat kedua tangannya di dada.

“Halah, bilang aja lo ngiri…” sahut Rio, lalu merogoh ke dalam ranselnya. Rio kemudian menarik keluar sebuah amplop putih panjang, dan menyerahkannya pada Ozy.

“Dari Pak Duta…” katanya. Kali ini dengan nada serius, tapi dengan sebuah senyuman. Ozy menatap Rio dengan tatapan bertanya saat mengambil amplop itu dari tangan Rio, lalu memandangi amplop itu. Sebuah amplop berlogo perguruan tinggi bergengsi di Jakarta. Tulisan “Yth. Sdr. Ahmad Fauzy Adriansyah” tercetak dengan jelas di amplop itu.

Dengan sedikit tergesa, Ozy merobek amplop itu, mengeluarkan kertas tebal berwarna putih gading yang ada di dalamnya dan membacanya dengan cepat. Semakin lama, sebuah senyum terkembang semakin lebar di bibirnya. Sampai akhirnya dia menengadahkan kepalanya ke atas sambil berseru kecil,

“Alhamdulillah…!!!”

Rio tertawa sambil menonjok pundak Ozy. Ify pun ikut tersenyum lebar dari tempatnya duduk sekarang.

“Lo gimana Yo? Keterima juga?” Ozy menoleh ke arah Rio.

Rio mengangguk, “Teknik Informatika, Afiliasinya sama NTU di Singapur… Lo jadinya Arsitektur ya? Afiliasinya kemana?”

Sekarang balik Ozy yang mengangguk. “Iya, arsitektur… Terus jatah semester akhirnya di Melbourne University…” sahut Ozy dengan wajah cerah. Beasiswa inilah yang selama ini dia tunggu-tunggu.

“Selamat Zy, you deserve it…” kata Ify dengan senyuman tulus. Rio sudah menceritakan semuanya pada Ify, tentang betapa Rio dan Ozy sudah begitu berjuang untuk memperoleh beasiswa ini.

“Thanks Fy.” Sahut Ozy. Senyum lebar tak bisa pupus dari wajahnya.

Ify menatap Ozy dengan serius, sebelum berkata lebih lanjut. “Zy, it’s now or never. Now you have it…”

Ozy mengerutkan kening, “Maksud lo Fy? Soal apaan?”

Ify menghela nafas, “Soal Acha… Lo pernah bilang kalo lo ngerasa ga bisa bikin Acha bangga. Sekarang lo sudah punya sesuatu yang bisa bikin dia bangga Zy…”

Ozy tercenung. Kembali menekuri surat yang baru saja diterimanya. Yang menyatakan bahwa Ozy diterima di sebuah Universitas terkenal dalam program Dual Degree melalui jalur beasiswa.

“Gua cuma punya ini Fy…”

“Zy, itu bukan sekedar ‘cuma’. Apa yang sudah elo capai sekarang, itu adalah hasil dari elo sendiri. Hasil perjuangan ELO. Bukan perjuangan orang lain. Apa lagi sih yang bisa lebih membanggakan selain sesuatu yang kita peroleh sebagai hasil perjuangan kita sendiri?” nada suara Ify terdengar tegas. Membuat Ozy merasa ingin mempercayainya.

“Dan Zy… Selama elo selalu siap untuk ada buat Acha, gua yakin, itu jauh lebih berharga daripada apapun. Gua heran deh kenapa cowok selalu segitu gengsinya mikir bahwa cewek itu cuma nyari yang namanya ganteng lah, yang ngetop lah, yang tajir… Enggak. Yang kami pengen, adalah orang yang selalu siap menyediakan bahunya untuk kami sandari di waktu kami sedang ngerasa capek. Orang yang selalu siap menggenggam tangan kami untuk meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja…”

Ozy menggigit bibir.

Ify menyambung kembali kalimatnya. Kali ini dengan nada yang lebih lembut. “Zy, Acha memerlukan elo Zy. Entah dia sadar atau enggak. Tapi elo harus sadar. Elo yang dia perlukan Zy… Untuk menemani dia. Sekarang. Nanti. Selamanya.”

Selama beberapa detik, kamar Ozy hening. Seakan-akan semua memberikan kesempatan bagi Ozy untuk memahami semua yang dikatakan Ify tadi. Untuk meneguhkan hati Ozy.

Sampai suara Rio terdengar, “Seperti elo memerlukan gua ya Fy?”

“Rio, lo bener-bener merusak momen romantis deh…” tukas Ify dengan kesal sambil menoleh ke arah Rio. Rio sendiri tengah menyeringai sambil bersandar dan melipat kedua tangannya di dada.

“Yaaa… momen romantis apaan coba? Lo ngapain romantis-romantisan gitu sama Ozy? Mestinya sama gua Fy…” sahut Rio.

“Gua heran deh, kalian ini sebenernya kesini niatnya benerin nengokin gua, atau cuma mindahin lokasi pacaran doang sih?” tanya Ozy sambil menggeleng-gelengkan kepala.

“Ya makanya… Lo nyatain gih ke Acha. Jadi lo bawaannya ga sirik mulu sama kita…” sahut Rio, masih menyeringai. Rio kemudian berdiri. “Udah malem Zy, gua balik dulu. Sekali lagi, selamet ya…” kata Rio sambil menepuk pundak Ozy.

“Makasih Yo…”

“Cepet sembuh Zy… Biar lo bisa nyelesain urusan lo sama Acha”, kata Rio lagi, sekali ini dengan nada serius.

“Yah, gua ga ngerti dah soal itu. Gua pengen semuanya ngalir aja… Just go with the flow…” sahut Ozy pelan.

“Zy, bahkan air sungai yang ngalir pun tau dia bakal ngalir kemana. Ngalir ya ngalir, tapi lo mesti punya tujuan ke arah mana perasaan itu mengalir, untuk sampai dimana…”, Ify yang juga sudah berdiri tiba-tiba menanggapi kata-kata Ozy tadi.

“Zy, kadang-kadang, sering malah… Yang diinginkan seorang cewek, bukanlah seorang pangeran berkuda putih yang menjemputnya sambil membawa peti harta karun. Kadang-kadang, yang diinginkan seorang cewek, hanyalah seorang cowok sederhana yang menyodorkan segelas air putih ketika cewek itu merasa begitu lelah…”

Ozy mengangkat wajah, menatap Ify yang tengah memandangnya dengan ekspresi sungguh-sungguh. Ozy lalu tersenyum. Mulai menabur harapan di hatinya. Mungkin Ify benar. Mudah-mudahan Ify benar.

“Thanks Fy…” kata Ozy dengan tulus.

Ify balas tersenyum dan mengangguk.

“Fy, lo lagi capek? Nih, gua sebagai seorang cowok sederhana punya segelas air putih buat elo…” tiba-tiba Rio menyodorkan gelas yang tadinya ada di meja belajar Ozy ke arah Ify, sambil tersenyum lebar.

Ify memandang ke arah Rio, lalu menggeleng-gelengkan kepala dengan ekspresi putus asa. “I’ve said it, but I’m gonna say it again. Elo Yo, betul-betul tukang rusak suasana romantis.”

“Lagian, mana ikhlas gua ngeliat elo romantis-romantisan sama Ozy. Udah ah, balik yuk! Katanya mau nonton…” sahut Rio sambil meraih pundak Ify dengan salah satu tangannya untuk membimbing Ify berjalan keluar.

“Beuh. Udah maen rangkul-rangkulan aja ya sekarang…” seru Ozy pada Rio dan Ify yang berjalan menuju pintu kamarnya.

“Ga usah ngiri…” sahut Rio diiringi derai tawanya.

Ify masih sempat menoleh ke arah Ozy dan tersenyum kecil sambil melambaikan sebelah tangannya. Dengan tangan kanannya yang masih bebas, Rio menutup pintu kamar Ozy.

Meninggalkan Ozy sendiri. Beberapa saat kemudian, Ozy dapat mendengar lamat-lamat suara Rio dan Ify yang berpamitan pada Nenek dan Ibunya Ozy. Diiringi suara motor yang distarter, dan beranjak pergi.

Ozy menghela nafas, dan berbaring kembali. Memikirkan banyak hal. Acha. Kata-kata Ify. Beasiswa tadi. Acha. Perasaan yang menyesakkan Ozy.

Ozy menutup matanya. Tapi bayang-bayang wajah Acha tidak akan tertutup hanya oleh sepasang kelopak mata. Karena wajah Acha ada di hati Ozy. Dan kini hati Ozy terbuka lebar. Untuk menerima dan mengakui perasaan yang sedari dulu menari dalam sepi. Saat ini, hanya satu keinginan Ozy, tak lagi membiarkan dirinya hanya sekedar menatap dinding kamar saat perasaan itu memohon untuk diungkapkan.

+++

Yak! Yang tadinya ngarepin bakal ada adegan romantis di Part ini. maaf mengecewakan. Secara si Rio entah kenapa justru selalu merusak momen romantis itu... Hohoho...
Tapi baguslah, akhirnya Ozy kayaknya mulai percaya diri tuuuuhhh... Percaya dirinya bisa sampai menyatakan perasaan ke Acha ga yaaa??
Ayo dong Zy... Go Ozy Go Ozy GO!!
Ozy goes to... PArt 27!
Diposting besok sore!
Btw, makasiiiiih banget yang kemaren udah share soal part yang paling berkesan..
Seneng banget kalo tau bahwa kalian masih mau dan suka baca cerita ini *secara saya akhir-akhir ini lagi merasa tidak kreatip*
Once again, makassiiiiihhh... banget.
Love you all,
= Ami =

You Might Also Like

1 comments

  1. gue suka sama cerbung ini... pas cople rify..



    numpang promo yaa kunjungi blog gue yaa: obat kista tradisional

    BalasHapus