I Love You, I Love You Not : Part 14

09.11.00

Part 14: Hati yang Beriak di Tepi Kolam Renang

Kalau kemaren Ify dan Rio belajar motret bareng, Ozy dan Acha duduk-duduk di pinggir kolam renang. Emang mereka berdua ngapain ya?

+++

"Eh, Cha…” kata Ozy sambil menoleh ke arah Acha. Dengan senyuman berseri.

Acha mengangkat alis, “Pa’an?” sahut Acha pendek. Karena tiba-tiba saja dia merasa gugup. Saat dia menyadari, betapa dekatnya posisi duduknya dengan Ozy.

Ozy merogoh ke saku kemejanya, “Tadi pas ke mini market gua liat ini, jadi inget elo…” dan mengeluarkan sebatang coklat Kit-Kat berukuran kecil. Ozy menyodorkannya ke arah Acha.

Acha meraih coklat itu sambil tersenyum, “Makasih ya Zy…”

“Eh, tapi Cha…”

Acha mengangkat alis dengan wajah heran.

“Bagi dua ya sama gua. Gua laper nih Cha…” kata Ozy sambil menadahkan tangan.

Dengan gemas Acha mendorong pundak Ozy. “Yah, kamu ga niat banget sih Zy…” katanya sambil tertawa geli. Tapi Acha tetap membuka pembungkus coklat itu, dan mematahkannya menjadi dua bagian yang sama besar. Acha mengangsurkan salah satu potongan kepada Ozy, yang menerimanya sambil tersenyum lucu.

“Nah, gitu dong sama Bang Ozyyy…” kata Ozy sambil mulai menggigit batangan coklatnya.

Untuk beberapa detik, mereka berdua diam, sama-sama memandangi kilauan riak air di kolam renang, sambil menikmati percikan air di sela-sela kaki mereka.

“Jadi pengen berenang…” kata Ozy dengan pandangan menerawang.

“Kamu suka berenang ya?” tanya Acha. Ozy menoleh ke arah Acha dan mengangguk.

“Suka, tapi sekarang udah jarang. Waktu masih kecil dulu, waktu tinggal di Sengkang tuh yang gua sering berenang. Tapi berenangnya di danau gitu. Sekarang paling gua maen bola atau maen futsal doang…” kata Ozy.

“Kalau Acha seneng olahraga juga?” tanya Ozy, lalu menggigit coklatnya lagi.

Acha menggeleng.

“Oh, kirain lo suka basket Cha…” kata Ozy sambil memandang ke depan lagi, “Ternyata sukanya sama kapten basketnya doang ya…”

Nafas Acha terasa sesak tiba-tiba. Acha menoleh ke arah Ozy, yang masih terus memandang ke depan sambil mengecipakkan air di kakinya. Ozy lalu menoleh, dan tersenyum menggoda.

“Ya kan Cha?”

Acha memukuli pundak Ozy, “Ozy… apaan siihhh… udah dibilang ga usah disebut-sebuuuut” seru Acha. Dengan perasaan kecewa yang dia simpan rapat-rapat.

Ozy tertawa kecil. Berusaha membendung pukulan Acha di pundaknya, sampai akhirnya Acha capek sendiri.

“Eh, gapapa lagi Cha…” kata Ozy. Dia melirik ke arah peri kecil yang tengah duduk di sampingnya dengan wajah ditekuk. Tapi bagi Ozy, wajah itu tetap terlihat menyenangkan untuk dilihat. Ozy lalu tersenyum, dan memandang ke depan kembali.

“Lo emang naksir ya sama Gabriel?”

Acha tidak mampu menjawab, hanya mengangguk kecil Dia tidak bohong kan? Bukankah semenjak dia pertama kali melihat Gabriel bermain basket di lapangan sekolah saat kelas 10 dulu, Acha sudah tidak bisa melupakan sosok itu? Ya kan? Tapi kenapa anggukan ini terasa berat di hadapan Ozy?

Diam-diam, Ozy menggigit bibir melihat gerakan kepala Acha tadi. Dua anggukan, yang membuat hati Ozy hancur menjadi seribu kepingan. Tapi Ozy tetap tersenyum.

“Iya sih. Lagian, Gabriel itu memang cakep. Bayangkan lho, yang ngomong gini Bang Ozy yang juga ganteng. Udah gitu anaknya juga baek. Jago basket. Tajir pula. Beuuuhhh… Sip lah pokoknya Cha…” kata Ozy.

Walaupun setiap kata tadi terasa semakin pahit di lidah Ozy saat diucapkan. Karena tiap kata mempertegas jarak antara Ozy dan Gabriel. Semakin membuktikan betapa peri kecil di sampingnya ini hanyalah pantas untuk seorang bintang. Seorang Gabriel. Bukan Ozy.

Ozy lalu menepuk pundak Acha, “Lo emang ga salah pilih gebetan Cha…”.

Acha menoleh ke arah Ozy dan melihat sebuah senyum disana. Senyum yang biasanya membuat dia ingin balas tersenyum Tapi kali ini, Acha membalas senyum itu dengan terpaksa. Karena ada rasa kecewa di hatinya.

“Eh Cha, ntar Cha…” kata Ozy. Ozy lalu mencelupkan ujung jari-jarinya di air kolam. Lalu dia mengubah posisi duduknya sedikit sehingga lebih dekat ke arah Acha.

“Lo diam bentar ya Cha…” kata Ozy. Sedetik kemudian, telunjuk Ozy sudah menyeka perlahan ujung bibir Acha.

Acha. Tidak. Bisa. Bernafas.

Ga lama-lama sih, dua detik doang. Begitu Ozy selesai, Acha menghembuskan nafas yang dari tadi dia tahan tanpa sadar.

“Tadi ada sisa coklat..” kata Ozy perlahan, masih menatap Acha.

“WOI! Anak sarap! Anak gadis orang lo apain??” tiba-tiba terdengar seruan Rio dari arah pintu.

Refleks, Acha dan Ozy menoleh secara bersamaan ke arah Rio.

Ceklik! Terdengar suara kamera yang dijepretkan oleh Rio ke arah Ozy dan Acha.

“HUAHAHAHAHA!!! Dapet!! Besok fotonya tinggal gua cetak buat dipajang di papan pengumuman niihhh..” kata Rio sambil mengangkat wajah dari kamera dengan penuh ekspresi kemenangan.

Ozy langsung berdiri dan berlari ke arah Rio..”Yooo… masak cuma foto gua sama Acha doang? Fotoin gua sama Ify juga dooonggg…” kata Ozy.

“Beuh. OGAH!” kata Rio.

“Eh, buruaaann…” kata Ozy sambil bergaya di sebelah Ify.

“Udah Yo… Turutin aja…” kata Ify, lalu bergaya mencekik Ozy.

Rio tertawa, dan mengabadikan adegan itu. Selain reka adegan pencekikan tadi, masih ada beberapa adegan foto berdua antara Ozy dan Ify yang direkam oleh Rio, diiringi derai tawa mereka.

Acha berdiri, dan melangkah mendekati teman-temannya. Entah kenapa, Acha merasa sedikit kesal melihat Ify yang beberapa kali berfoto bersama Ozy dengan pundak yang saling menempel.

“Acha, siniii… Foto bertigaaa…!” Ify tiba-tiba melambai ke arah Acha. Acha tersenyum, dan berlari kecil untuk bergabung dengan Ify dan Ozy, sementara Rio kembali mengabadikan berbagai pose mereka bertiga. Setengah jam selanjutnya, mereka sudah asyik berpose bersama. Rio pun akhirnya menyerah pada paksaan teman-temannya, dan menggunakan fasilitas otomatis di kamera tersebut sehingga mereka bisa berfoto berempat.

“Ah, udah ah… udah keburu siang banget nih! Pulang yuk!” kata Rio sambil mulai membereskan kamera.

Acha yang sedang memeriksa ponselnya ikut mengangguk. “Iya yuk, ni sopirku juga udah SMS, bilang kalo udah nungguin di depan gerbang…” kata Acha sambil memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas.

“Yo! Sekali lagi dong Yo… Terakhir nih, yah yah yah…! Masak aku yang berdua sama Acha cuma sekali doang… sekali lagi ya… tadi sama Ify kan udah banyak., ntar Acha cemburu…” kata Ozy sambil menarik-narik lengan baju Rio.

“HEH! Gua juga terpaksa kalii foto-foto sama elo sekian banyak kali itu..” tukas Ify, walaupun dia mengucapkannya sambil tersenyum geli.

“Ya udah deh, Acha mau ga, Zy?”

“Mau kok! Yah Cha ya… mau ya… sini Cha, di pinggir kolam aja…” Ozy tiba-tiba sudah meraih lengan Acha dan menariknya ke sisi kolam.

Rio berlutut, dan mulai memberikan instruksi. “Cha, lo duduk deh… posisinya duduknya madep situ, jangan ke arah gua… Nah, gitu… tapi lutut lo dinaikin Cha, terus lo peluk lutut lo gitu. Sip. Sekarang lo liat ke arah gua, sambil senyum yaaa… Nah, gitu kan cakep deh…”

“Eh, mas tukang poto! Gua gimana nih posisinya?” protes Ozy yang merasa dicuekin.

“Lo nyebur ke kolam aja Zy… bagusan gitu deh kayaknya” sahut Rio.

Ozy berjongkok di sebelah Acha dan menjawil pundaknya, “Achaaaa… Rio nyebelin ya Cha?” .

Acha menoleh ke arah Ozy dan tertawa geli melihat Ozy yang merengut.

“Halah. Rese lo. Ya udah Zy, lo posisinya sama kayak Acha, tapi punggung lo nempel di punggung Acha, jadi duduknya madep ke arah yang berlawanan, tapi muka kalian dua-duanya madep kamera ya..” seru Rio sambil mulai membidikkan kamera.

Dengan gembira, Ozy langsung mengikuti perintah Rio tadi. “Gini ya Yo?”.

“Zy, senyum lo yang biasa aja deh, ga usah sampe nyengir sebegitunyaaa… Gua ilfil tau ga liat elo nyengir kayak gitu!”

“Ya iya lah elo ilfil, kalo cewek yang liat mah, filing yang ilang pun tumbuh kembali. Cepetan Yo, ni udah senyum andalan niiiihhh…” seru Ozy.

“Iye…iyeee… Dah, gitu aja, Acha mah udah manis gitu, tahan ya Cha, senyumnya. OZY! Senyumnya biasa aja! Gigi lo biar dipamerin semua gitu juga tetep ga ada yang mau! Siap… Satu… Dua… Tiga…!”

KLIK!

“Yo, sekali lagi ya Yo! Kayaknya tadi senyum gua kurang pol deh …”

“UDAH! Ga ada acara foto-foto lagi Zy! Udah yuk, balik!” seru Rio sambil berdiri.

“Eh, ntar Yo! Gua liat dong foto yang tadi…!” Ozy berlari ke arah Rio dan merebut kamera dari tangan Rio.

“Ya udah gih, tapi nanti matiin, terus masukin ke tas kameranya ya! No, disono tasnya…” kata Rio sambil berjalan ke arah tempat ranselnya berada. Sementara Ozy memeriksa hasil fotonya berdua dengan Acha tadi, Acha berjalan mendekat, dan memanjangkan lehernya, ingin ikut melihat hasil fotonya tadi.

“Wuiiihhh… Emang ya, kalo yang difoto udah ganteng kayak gua, pasti hasilnya keren kayak gini Cha! Elonya juga manis banget disini Cha…” kata Ozy sambil mendekatkan layar kamera ke arah Acha yang ada di sebelahnya. Acha memandangi layar kamera. Ada fotonya berdua dengan Ozy disana, keduanya duduk memeluk lutut dengan punggung yang saling beradu, dan tersenyum menatap kamera. Bahkan dalam bentuk dua dimensi pada selembar foto pun, senyuman Ozy terlihat begitu hangat.

“Bagus ya Cha? Ada gua soalnya Cha… Heheheh… Keren juga Cha kalo kita foto berdua gini…” kata Ozy, tapi dia lalu menoleh ke arah Acha. “Tapi tenang aja Cha, foto ini ga bakal sampai ke tangan Gabriel kok… Nyantai ajaa…” kata Ozy sambil mematikan kamera digital tersebut.

Acha bersyukur bahwa Ozy langsung melangkah menjauhinya, karena tiba-tiba saja Acha merasa ada sesuatu yang terasa sesak di dadanya. Entah kenapa. Dari belakang dia memandangi Ozy yang dengan hati-hati memasukkan kamera itu ke dalam tas khusus. Tiba-tiba Ify menjawil punggungnya.

“Kenapa Fy?” Acha membalikkan badannya ke arah Ify.

“Gimana nih yang tadi? Mau ga gua comblangin sama Gabriel? I’m a pretty good matchmaker, you know… Dea sama Kak Alvin aja kan jadian berkat campur tangan gua tuh…” kata Ify dengan senyum penuh arti.

Gabriel! Gabriel yang selama ini dia mimpikan! Oh my God, jangankan jadian, bisa jalan bareng sama Gabriel aja bagi Acha sungguh tidak terbayangkan…! Dan sekarang, tiba-tiba saja orang yang selama ini paling dekat dengan Gabriel menawarkan diri untuk menjadi mak comblang?

Acha memandang Ify, sementara bayangan Gabriel semakin jelas di benaknya. Gabriel yang selalu tersenyum ramah tiap kali ada yang menyapanya. Gabriel yang terlihat berkilau meskipun sedang berkeringat di tengah lapangan basket. Gabriel yang begitu tampan, begitu sempurna. Acha lalu tersenyum pada Ify.

“Yah Fy, kalo model kayak Gabriel mah, pantesnya buat kamu aja kali….”

“Eh, belum tentuu… Siapa tau lho… Ntar kalo gua akhirnya memutuskan that we’re officially a couple, kamunya nyesel lho!” Ify masih mendesak.

“Fy, Gabriel yang sempurna kayak gitu, pantesnya ya mendampingi cewek sempurna kayak kamu…” sahut Acha, masih sambil tersenyum, “Kalian itu udah best couple deh di sekolah. Kayak pasangan putri dan pangeran dalam fairy tales gitu…”.

Ify terdiam, tanpa sadar, dia melemparkan pandangan ke arah Rio. Tanpa bisa dicegah, semua kata-kata Rio di ruang tengah tadi berputar kembali di benak Ify.

“Fy? Anterin kita keluar dong… Ntar sama satpam elo di depan tadi kita disangka habis ngerampok elo nih, apalagi Rio kan tampangnya kayak tukang jagal monyet gini… Habislah nanti gua ikut disangka anak didiknya Bang Napi…” panggil Ozy.

Ify tertawa, lalu melangkah ke arah Ozy yang sedang berusaha melepaskan diri dari cekikan Rio. Di belakangnya, Acha melangkah mengikuti Ify. Sambil diam-diam memandang Ozy. Sekali ini, Acha tidak bisa mengingkari, bahwa ada gundah dalam hatinya. Entah kenapa. Mungkinkah karena dia tadi menolak kesempatan untuk bisa lebih dekat dengan Gabriel? Ya… pasti karena itu, pikir Acha dalam hati.

+++

Jadi kepengen makan coklat...^_^
Atau foto berdua Ozy?
Well, sementara ada SEDIKIT perkembangan antara Rio dan Ify, Ozy - Acha kayaknya rada mandeg tuhh... Di Part 15, bakal ada perkembangan selanjutnya ga ya?
Part 15, besok sore..
*Sumpah masih histeria jaya raya nusantara habis liat Ozy!*

Regards,
= Ami =

~ ~ ~~ ~ ~~ ~ ~ ~ ~

SUMBER : http://idolaciliklovers.ning.com/forum/topics/i-love-you-i-love-you-not-14

You Might Also Like

2 comments

  1. Ahahaha... di-repost ya? Kayaknya ada beberapa cerpen aku yang juga kamu repost ya? Gak papa sih, tapi tolong nama penulis aslinya dicantumkan ya :)

    BalasHapus
  2. iya kak :D
    nggak papakan? sip deh, selalu :D

    BalasHapus