I Love You, I Love You Not : Part 27

15.17.00

Part 27: Ayo Piknik!

Betewe, sampe lupa, kalo ada yang ngerasa belum baca part 26, cek aja disini: http://idolaciliklovers.ning.com/forum/topics/i-love-you-i-love-you...

Ozy berhasil memperoleh beasiswa. Ify berusaha meyakinkan Ozy, bahwa prestasi Ozy selama ini sudah cukup untuk menjadikan sesuatu yang membanggakan bagi Acha. Selain itu, Ify meyakinkan Ozy bahwa sesungguhnya Acha juga memerlukan kehadiran Ozy untuk menemani Acha.
Wah, sepertinya, Ozy mulai percaya diri. Kira-kira... Kira-kiraa....
Apa yang bakal terjadi yaaa???

+++

Acha membolak-balik majalah di pangkuannya tanpa benar-benar memperhatikan isinya. Untunglah hari ini libur nasional. Jadi dia tidak perlu memikirkan harus bersikap bagaimana di hadapan Ozy di sekolah nanti.

“Acha…” tiba-tiba kepala Mama tersembul dari balik pintu Acha yang setengah terbuka. “Ada temenmu tuh di bawah…”

Acha menaikkan alis, lalu bangkit dan melangkah keluar kamar, turun ke lantai dasar rumahnya. Ruang tamu kosong, tapi dari jendela Acha bisa melihat sosok seseorang yang tengah duduk berdiri sambil bersandar pada tiang. Meskipun posisi sosok tersebut membelakangi jendela, Acha bisa mengenali sosok itu. Dan Acha merasakan jantungnya yang berdebar-debar tak menentu. Perlahan Acha melangkah keluar melalui pintu depan yang terbuka.

“Hei…”

Mendengar suara Acha, Ozy berbalik, dan tersenyum lebar.

“Achaaa…! Ga kemana-mana Cha?”

Acha tersenyum, dan memandangi Ozy. Hmmm. Ada yang berbeda dengan Ozy kali ini. Kemeja merah cerah dengan lengan yang digulung sampai batas siku, dilapisi vest rajutan warna hitam bercorak motif geometris putih-biru di bagian dada. Bahkan ada selembar syal warna putih yang diselempangkan Ozy di lehernya. Jeans hitamnya terlihat pas dengan kemeja dan vest itu, Bahkan sepatu kets hitam Ozy terlihat lebih bersih daripada biasanya.

Acha belum pernah melihat Ozy yang seperti ini. Ozy yang…keren. Beuh. Bisa juga si juragan kue itu tampil kayak artis Korea gitu.

“Kamu udah sembuh beneran Zy? “ tanya Acha, melihat wajah Ozy yang terlihat sedikit pucat. Meskipun agak pucat, sebuah senyuman lebar khas Ozy masih ada di wajah manis itu.

“Ya..gitu deh. Tapi udah lumayan banget kok.” jawab Ozy. “Buktinya gua udah nyampe sini kan?” katanya lagi sambil tersenyum lucu.

“Kamu…mau kemana, atau habis dari mana sih? Tumben banget rapi gitu?” tanya Acha sedikit penasaran.

Ditanya seperti itu, sontak wajah Ozy memerah. “Emang kenapa? Ga pantes ya? Kata Ify udah bagus kok…”

Acha mengangkat alis, semakin heran. “Ify? Kamu tadi ke rumah Ify dulu atau gimana sih?”

“Enggak sih, Ify yang singgah doang bentar ke rumah gua. Ya gitu… Tapi dia sama Rio kok ke rumah gua. Ga sendirian.” Ozy terlihat semakin gugup. Pikirannya melayang kembali pada keributan tadi pagi di kamar Ozy.

Tadi pagi Ify lah yang membongkar lemari pakaian Ozy dan memilihkan ‘kostum’ yang menurut Ify paling layak. Rio yang saat itu juga (tentu saja) ada di tempat kejadian, terus menerus tertawa puas melihat Ozy yang gelabakan saat Ify berusaha mendandaninya. Tapi paling tidak Ozy berhasil mencegah Ify berbuat lebih banyak dari sekedar memilihkan pakaian. Walaupun Ify berusaha mati-matian meyakinkan Ozy bahwa dengan bantuan sedikit gel dia bisa membuat rambut Ozy jadi ‘oh-jauh-lebih-keren-daripada-gaya-ala-kadarnya-yang-sekarang-ini’, dengan tegas Ozy menolak Ify menyentuh rambutnya.

Oh, oke. Bukan hanya Ozy.

Rio pun langsung protes dan mengamankan Ify dari menyentuh rambut Ozy, dengan alasan, hanya rambut Rio lah yang berhak dibelai oleh Ify. Ozy sebetulnya juga ingin menolak untuk memakai syal putih yang ditemukan Ify terselip di bagian bawah lemari Ozy. Tapi apa daya, dengan wajah dingin Ify berkata dengan mantap, “Gua serius waktu gua bilang lo cocok pake syal ini Zy. Dan sumpah, I swear by my newest shirt from Mango Zy, kalo lo ga mau pake syal ini, gua bakalan makein sendiri ke leher elo dengan sedikit terlalu ketat, sampe lo ga bisa nafas… And you know me so well, that you know I will definitely do it…”.
Bisa ditebak, daripada mati mendadak karena dicekik Ify dengan selembar syal, Ozy pun mengalah dan menyelempangkan syal itu.

Ingatan Ozy akan kerusuhan tadi pagi di kamarnya dipupuskan oleh pertanyaan lanjutan dari Acha.

“Emang Ify sama Rio ngapain ke rumah kamu pagi-pagi?”

“Hah? Oh, mereka berdua..um… mau ngajakin gua maen ular tangga…”

“Apa? Ular tangga Zy?”

“Eh, salah. Ngajakin maen monopoli…”

“Ozyyy…”

“Lo mau maen monopoli juga ga Cha?”

“Ozy aaahh…”

“Ga mau ya? Ya udah. Bagus deh kalo gitu, soalnya gua kesini bukan mau ngajakin elo maen monopoli Cha.”

Acha terdiam. Merasakan hatinya berdebar. Senang.

“Terus kamu kesini mau ngapain?”

“Mau ngajakin elo piknik…”

Acha terpana memandang Ozy. Apa kata Ozy tadi? Piknik? Sedetik kemudian, Acha tertawa geli. Membuat Ozy semakin merasa kikuk.

“Yah, Acha ga mau ya?”

Acha masih tertawa sebelum menjawab, “Kamu itu lho Zy, kayak tahun 70an gitu… Piknik…”

“Mau ga nih Cha?”

Acha tersenyum, kenapa tidak? Toh hari ini cerah. Dan siapa yang bisa menolak jika diajak pergi oleh Ozy? Kalau ada yang menolak, yang pasti bukan Acha. Karena Acha mengangguk kecil sambil menjawab pertanyaan Ozy. “Boleh deh Zy… Mau kemana?”

“Gimana entar deh… Yuk… berangkat!”

“Eh, aku ganti baju dulu kali Zyyy…”

“Kenapa emangnya? Lo berasa ga pede ya berdampingan sama gua yang lagi keren-kerennya gini Cha?” kata Ozy sambil bergaya membetulkan rambutnya.

“Aku ga jadi ikut nihhh…!”

“Eh.. eh… Jangan pake ngambek gitu ah! Ya udah sana, ganti baju… Jangan lama tapi ya Cha, nanti keburu gua jadi arca!”

Acha hanya tertawa, sebelum berlari kecil memasuki rumah dan menaiki tangga menuju kamarnya.

Di kamar, Acha dengan tergesa-gesa membuka lemari pakaiannya. Menggeser-geser pakaiannya yang tergantung disana, dengan setengah panik berpikir, apa yang mesti dia pakai sekarang ya? Apa gaun yang dipakai waktu nonton sama Gabriel kapan dulu itu aja ya? Ah, ga cocok ah. Itu kan gaun malam gitu… Sedangkan ini masih jam 10 pagi, dan kayaknya ga nyaman banget pake gaun itu kalau naik motor sambil boncengan sama Ozy.

Euh, Boncengan sama Ozy.

Tiba-tiba Acha merasakan debaran jantungya kencang kembali. Sambil menggelengkan kepalanya untuk membuang rasa gugup, Acha kembali memilih-milih pakaiannya. Sampai akhirnya Acha menarik sebuah gaun selutut lengan pendek berwarna hitam dengan corak kembang-kembang mungil berwarna merah. Hmm.. masa sih pagi-pagi gini pake warna hitam, pikir Acha. Tapi, kayaknya gaun ini serasi dengan baju yang dikenakan Ozy tadi.

Acha merasakan kembali wajahnya tiba-tiba panas. Untuk apa coba dia mencocok-cocokkan bajunya dengan baju Ozy? Tapi.. tapi… Ah, sudahlah… Dengan cepat Acha mengganti bajunya dengan gaun itu. Kemudian memandangi wajahnya dicermin. Acha melepaskan karet yang mengikat rambutnya, dan dengan terburu-buru menyisir rambutnya, sambil berpikir akan diapakan rambutnya nanti. Acha mengikat kembali rambutnya menjadi sebuah buntut kuda, dan tengah membuka laci meja riasnya untuk mengambil salah satu pita yang ada di dalamnya.

Tiba-tiba saja, ponsel Acha berdering nyaring, membuat Acha terloncat kaget. Dengan kesal, Acha mengambil secara acak tiga buah pita yang ada di laci tadi sekaligus dan beranjak ke tempat tidur untuk meraih ponselnya yang tergeletak di sebelah bantal. Tanpa melihat nama si penelepon, Acha langsung memencet tombol untuk menerima telfon yang masuk tersebut.

“Halo?”, Acha tidak bisa menahan sedikit nada ketus dalam suaranya. Lha orang lagi buru-buru gini kok…

“Achaaa!!! Kok lama bangeeettt… Lo ganti baju atau sekalian gali sumur sih? Gua udah mulai berubah jadi ijo royo-royo nih gara-gara belumut nungguin elo!”, Ozy menyahut, dengan gayanya yang biasa. Mau tidak mau Acha tersenyum kecil mendengar suara Ozy.

“Ozy ih… sabaran dikit kenapaaaa...”

“Laper Cha, kalo bekelnya gua makan sekarang, nanti pas pikniknya kita makan apa dong?”

“Kamu bawa bekel Zy?”

“Kan mau piknik Cha. Kalo bawa cangkul sih namanya mau bertanam jagung.”

“Bawa apaan?”

“Ya makanya Acha cepetan turun dong, biar tau gua bawa apa.”

“Iya..iyaa… ini lagi turun…” kata Acha lagi sambil menyambar tas kecilnya dari gantungan di pintu dan melangkah keluar. Seraya berlari kecil menuruni tangga, Acha mematikan sambungan dan melangkah ke teras, dimana Ozy tengah duduk di bangku teras menunggunya. Begitu melihat Acha muncul, Ozy langsung tersenyum lebar.

“Akhirnyaaa… gua tadi udah mau nawarin sekop lho Cha, gua kirain lo lagi gali sumur pake sendok nasi, makanya lama…”

“Kamu ni lho, ga sabaran banget” sahut Acha, setengah kesal setengah geli.

“Itu bawa-bawa pita mau diapain? Mau dipake apa mau dilelang?” Ozy menunjuk pada 3 lembar pita yang masih digenggam Acha.

“Kamu sih Zy pake acara nelfon segala, jadi aja aku ga sempet makenya…” jawab Acha.

Ozy menarik salah satu pita yang berwarna putih dari genggaman Acha, dan mengacungkannya. “Pake yang ini aja ya?”

Tanpa menunggu jawaban Acha, Ozy memegangi kedua pundak Acha dan memutar badan Acha, sehingga Acha sekarang berdiri membelakangi Ozy. Sebelum Acha sempat protes, Ozy sudah mengikatkan pita yang diambilnya tadi ke rambut Acha. Merasakan gerakan tangan Ozy di kepalanya, Acha bisa merasakan panas menjalari seluruh wajahnya. Selesai memasangkan pita di rambut Acha, Ozy kembali memutar pundak Acha agar mereka kembali berhadap-hadapan. Sambil tersenyum lebar Ozy memasukkan kedua tangan ke dalam saku jeans hitamnya.

“Ciee… Manisnyaaa…” kata Ozy memandangi Acha.

Acha mencoba tersenyum kecil, “Ya udah, mau berangkat sekarang?”

“Ga pamit dulu Cha?”

Tepat pada saat Ozy menyelesaikan kalimatnya, Mama keluar sambil menenteng sebuah baki berisikan dua buah gelas tinggi berisikan sirup merah dingin.

“Pamit kemana? Baru juga dateng… Diminum dulu dong…” kata Mama sambil meletakkan kedua gelas itu di atas meja teras.

“Eh, Mama.. Ini temen Acha Ma…” kata Acha, yang tiba-tiba merasa gugup. Dalam hati Acha berdoa supaya Ozy tidak melakukan hal-hal yang memalukan. Mengajak Mama ke Monas, misalnya. Atau tiba-tiba menunjukkan bahwa ada Spiderman yang nemplok di jendela.

“Eh, Tante… Kenalkan Tante… saya Ozy, temen sekelasnya Acha.” Ozy menyalami Mama Acha sambil tersenyum lebar.

Mama Acha balas tersenyum saat menyambut uluran tangan Ozy. Entah kenapa, senyuman teman anak gadisnya ini terlihat begitu ramah, membuat orang yang melihatnya jadi ingin ikut tersenyum juga.

“Oh iya Tante, saya mau minta izin ngajakin Acha jalan-jalan. Boleh ga Tan? Nanti Acha dibalikinnya ga kemaleman, ga kurang suatu apa, dan ga berubah wujud kok. Janji!”

Sementara Acha membelalakkan mata ke arah Ozy, Mama Acha justru tertawa mendengar rentetan kalimat Ozy.

“Boleh… Lagian hari libur gini kok… Acha juga kayaknya udah siap tuh?” kata Mama, sambil melirik ke arah anak gadis satu-satunya yang berdiri di sebelahnya.

“Makasih Tante…” sahut Ozy dengan nada riang, “Tapi, boleh nanya dulu ga Tan?” lanjut Ozy tiba-tiba.

“Kenapa?” Mama Acha balik bertanya.

“Itu, sirupnya boleh saya minum dulu ga ya?”

Mama Acha tertawa kembali mendengar pertanyaan Ozy tadi. “Ya boleh dong… Minum dulu gih sebelum berangkat…”

“Makasih Tantee…” dengan wajah berseri-seri Ozy duduk kembali dan meraih gelas yang ada di atas meja.

Mama Acha tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepala, “Ya udah deh, Mama masuk dulu ya Cha…”, kata Mama Acha sebelum melangkah masuk kembali ke dalam rumah.

Acha duduk di kursi teras yang dipisahkan meja dari kursi yang ditempati Ozy, dan memandangi Ozy yang tengah menghabiskan isi gelasnya dalam beberapa kali tegukan. Setelah menutaskan isi gelasnya, Ozy meletakkan gelas itu kembali di atas meja, dan menoleh menatap Acha.

“Udah?” tanya Acha. Ozy terkekeh, dan mengangguk. Acha tersenyum, dan mengangkat kedua gelas itu untuk mengembalikannya ke dalam rumah. Beberapa saaat kemudian, Acha kemabli keluar, dan menutup pintu.

“Yuk!” kata Ozy sambil melangkah menuju sepeda motor. Acha mengikutinya dari belakang. Entah kenapa, merasa bahwa hari ini akan menyenangkan.


+++

Cie cie cieee.... ada yang mau piknik nihh... Ikut yuuuk :D!
Aawww... penulis jadi deg-degan nih, emang ada maksud apa ya Ozy jadi ngajak Acha piknik? Apa mau ngajakin maen monopoli?
Heuehueehu... mari kita liat besok yaaa..
Lagian kan besok re-run Rapor GF tuuuhh... Bisa liat Ozy lagi dooong!!! Nah, habis liat Ozy, pasti tambah semangat buat baca PART 28 yang adalah part TERAKHIR dari cerita ini.
Oke?
See you tomorrow, folks!
=Ami=

You Might Also Like

0 comments