I Love You, I Love You Not : Part 4

19.14.00

Part 4: Dua Dunia yang Berbeda dalam Satu Kafetaria

Secara dramatis, Ify meminta pergantian tempat duduk hanya karena merasa terganggu dengan becandaannya Ray dan Ozy yang duduk di belakangnya.
Pak Duta mengabulkan permintaan Ify, dan menyuruh Rio bertukar tempat dengan Ray untuk sebangku dengan Ozy. Akibatnya, sekarang tidak hanya Acha yang kesal pada Ify, Rio juga memutuskan bahwa Ify adalah biang rese.

+++

“Apa Cha? Jadi elo sebangku sama If…HFPFHFHHTFTFT…” Nova terpaksa menghentikan kalimatnya karena tersedak oleh tahu isi yang disumpalkan Acha ke mulutnya.

Acha mengangguk. Dalam hati dia menyesal mengorbankan sepotong tahu isi andalan kafetaria sekolah ini. Tapi ada saat-saat dimana celotehan Nova mesti direm. Dan kali ini remnya adalah tahu isi yang malang itu.
Nova menyambar gelasnya dan meneguk isinya, melancarkan perjalanan si tahu isi ke tempat yang lebih layak. Setelah meletakkan gelasnya, Nova menatap Acha kembali dengan mata berbinar-binar penuh semangat.

“Lalu? Terus kok elo kesini sendirian aja? Kok ga bareng dia aja sekalian?” tanya Nova.

Acha mencibir. “Deuh. Kagak deh. Bisa menderita jiwa raga lahir batin…” Acha lalu menceritakan secara detail permintaan semena-mena Ify kepada Pak Duta tadi. Termasuk tentang bagaimana Ify terlihat sama sekali tidak merasa bersalah. Nova mendengarkan dengan mata yang makin lama makin membesar.

“Jadi gitu Nov. Sengak abis dah judulnya anak itu. Terus, apa kata lo tadi? Kenapa gua ga bareng dia aja ke kafetaria? Beuh… Boro-boro. Bunyi bel istirahat belum habis aja, dia udah keburu ngeloyor gitu aja. GAAAA ngomong apa-apa sedikitpun ke gua.” kata Acha lagi. Masih dengan nada penuh emosi.

“Kayaknya dia ngeloyor ke kelas temen-temennya deh buat ke kafetaria bareng… Tuh, liat aja…” kata Nova sambil menunjuk ke arah pintu masuk kafetaria dengan jari-jemarinya yang memegangi sendok kecil.

Dea, Ify, Zevana dan Angel memasuki kantin. Tetap dengan gaya mereka yang bagaikan sedang melangkah di red carpetnya Academy Award. Entah kenapa, aura mereka memang terasa begitu kuat. Lihat saja, saat mereka berempat melangkah memasuki kafetaria, semua yang terjadi seakan berlangsung dalam slow motion. Semua kepala menoleh, diiringi dengan suara bisik-bisik mengomentari kehadiran mereka. Tapi toh mereka berempat seakan tidak peduli dengan suara-suara itu. Mereka berempat menempati salah satu meja yang masih kosong, dan langsung asyik mengobrol.

Acha melengos. Dulu dia menganggap gerombolan DIvA’s itu keren dan populer. Tapi sekarang Acha menyadari satu predikat baru dari geng itu: SENGAK JAYA! SONGONG ABIS! Eh, itu mah jadinya dua predikat ya? Ya gitu deh pokoknya.
“Ah, udah ah Nov… Bete gua. Ngomong-ngomong, gimana rasanya sekelas sama si versi Indonesianya Robert Pattinson?”

Mata Nova langsung berbinar-binar, “Ya ampun Cha, kebayang ga sih, si Gabriel itu sendiri aja udah keren sangat tuh. Dan lo tau ga, dia sebangku sama siapa? Sama Cakka, Cha! Cakka!!! Wih, jadi ya mohon maap deh kepada para guru kalo sepanjang pelajaran mata yang cewek-ceweknya pada ngeliatin ke bangku mereka berdua.Ya wajar laaahhh… Dibandingkan memelototi nama-nama Latin, kan mending ngeliatin dua mahluk yang wajahnya seperti pahatan seniman ituuuu…!!!”

Acha tertawa lagi mendengar penjelasan Nova yang menggebu-gebu.

Tiba-tiba mata Nova membelalak, “Cha! Mereka datang Cha!” serunya tertahan dengan penuh semangat. Acha menoleh kembali ke arah pintu kantin. Disana, Gabriel dan Cakka sedang berjalan masuk. Gabriel dengan senyum tipisnya yang ramah, dan Cakka dengan gaya cueknya. Beberapa kali Cakka menggerakkan kepalanya untuk menepiskan beberapa helai rambut dari rambutnya yang ditata ala penyanyi rock Jepang.

Dengan suara tercekat, Nova berbisik pada Acha, “Cha, ya ampun Cha. Gua bisa kena serangan jantung Cha ngeliat mereka! Aduh, gila, itu si Cakka cuma jalan doang udah serasa bikin pingsan, apalagi kalo dia senyum, bisa serangan jantung tiga kali berturut-tutur gua…”

Acha tertawa geli.

“Iyel! Cakka! Duduk sini aja bareng kita!” suara Zevana terdengar lantang mengalahkan suara-suara lain di kafetaria. Kepala Cakka menoleh ke arah meja yang ditempati Zevana. Dia kemudian menggamit pundak Gabriel, dan menunjuk ke arah meja anak-anak DIvA’s dengan dagunya. Gabriel tersenyum, dan mengiringi langkah Cakka menuju meja itu.

“Beuh… Berat ya kalo mesti saingan sama anak-anak DIvA’s itu…” kata Nova dengan nada putus asa, sambil mengaduk-aduk kembali es jeruk di hadapannya. Acha tidak menjawab. Dia lebih memilih untuk terus menatap Gabriel dari kejauhan. Dia sudah hafal setiap lekukan wajah itu. Tapi tetap saja, memandangi setiap garis yang membentuk wajah tampan itu tidak pernah membuatnya bosan.

Gabriel tampak tertawa mendengar sesuatu yang dikatakan oleh Ify. Acha langsung menundukkan wajah, merasakan iri yang menyelinap di dalam hatinya. Seandainya… Seandainya saja…

“Heh! Bengong ajah… Terus gimana tuh? Akhirnya Ray duduknya dituker sama siapa?” tanya Nova sambil menendang kaki Acha dari bawah meja.

“Hah? Oh, kejadian yang tadi? Ya gitu, akhirnya sama Pak Duta si Ray disuruh pindah ke pojok, jadi sebangku sama Debo. Terus Rio yang disuruh pindah jadi sebangku sama Ozy.” Jelas Acha sambil memandangi bakwan yang ada di tangannya.

“Rio? Wah, lumayan tuh…” tukas Nova sambil menambahkan lagi sambal ke mangkuk mie ayamnya.

“Apanya yang lumayan? Sepanjang jam pelajaran dia anteng aja. Kayaknya mendingan yang di belakangku itu si Ray sama Ozy deh. Paling ga, gua bisa ketawa denger becandaannya mereka…” sahut Acha sambil berpikir, lebih baik makan bakwannya duluan, atau cabenya duluan ya?

“Wamayandukdyadin..” kata Nova lagi dengan mulut yang masih penuh dengan sesendok mie ayam yang sudah berwarna merah tua.

“Ga jelas Nov. Yang di dalam mulut lo ditelen dulu, kenape?” Acha berkomentar, lalu menggigit bakwannya. Dia sudah memutuskan untuk meninggalkan si cabe rawit yang malang itu.

Nova menelan isi mulutnya, ber hah-huh sambil mengipasi mulutnya selama beberapa saat, meneguk es jeruknya, baru kemudian mengulangi kata-katanya.

“Lumayan buat diliatin…” kata Nova lagi.

“Oh ya?” Acha menoleh. Menatap Nova sambil mengangkat sebelah alis. “Masa sih? Gua ga pernah kenal sama dia sebelumnya sih. Dulu dia kelas 11 berapa sih?”

Nova mengangkat sebelah tangannya ke arah Acha, lalu menunjuk ke arah mulutnya, memberi isyarat pada Acha untuk menunggunya menyelesaikan kunyahan terakhirnya. Setelah menamatkan satu episode bersama semangkuk mie ayam, Nova menepikan mangkoknya yang kosong. Lalu memandangi Acha dengan wajah serius.

“Rio? Dulu dia di 11-IPA4. Dan Rio itu Cha, sudah memberikan makna baru bagi frase ‘cowok pintar’”.

Acha tertawa mendengar kata-kata Nova. “Gilee… Apa tadi? Makna baru? Frase? Keren amat istilah elo Nov?”

“Eh, dengerin gua dulu dong. Jadi gini, selama ini kan tipikal cowok pintar itu yang model-model nerd gitu. Yang pake kacamata, terus gayanya kayak yang dari jaman kuda gepang gitu. Nah, si Rio ini, walopun nih ya dia peringkatnya ga pernah bergeser dari 3 besar, gaaaa ada mirip-miripnya sama tipikal cowok pinter tapi nerd gitu. Kalopun ada persamaan antara Ro dengan cowok nerd, paling-paling sikapnya dia yang ga banyak ngomong. Atau dalam bahasa yang lebih gaul dan lebih keren, dia itu cool.” Nova berhenti sebentar, menuntaskan isi es jeruk di dalam gelasnya. Dia kemudian menarik nafas sebelum memulai kembali.

“Intinya adalah, kalo biasanya cowok yang pinter itu biasanya tampangnya cupu kerapu, si Rio memberi contoh teraktual bahwa cowok pinter juga bisa cakep.” Nova menuntaskan penjelasannya dengan penuh kesungguhan.

“Emang Rio itu cakep gitu?” kata Acha sambil berusaha mengingat-ingat kembali wajah teman sebangku Ozy itu. “Perasaan di SMA ini yang paling cakep itu Gabriel doang deh Nov…”

“Yaelah Achaaaaa… Kamu itu tau ga masalah kamu itu apa? Masalahmu adalah, kamu itu terlalu terOBSESI dengan yang namanya…” Nova menghentikan kalimatnya sebentar, menengok ke kiri dan ke kanan, lalu merendahkan nada suaranya, “Gabriel Steven Damanik…. Makanya, boro-boro nyadar soal cakep enggaknya seorang cowok, lo suka ga sadar bahwa di dunia ini ada cowok lain selain Gabriel!!!”

Duh, baru mendengar nama lengkapnya saja sudah membuat jantung Acha berdebar tanpa tempo yang jelas. Sambil menunduk seakan-akan menghabiskan teh botolan di depannya, Acha mencuri pandang ke arah meja yang ditempati Gabriel. Bahkan dari jauh pun senyum Gabriel terlihat begitu bersinar. Tapi toh, selain melihat senyuman Gabriel yang bisa bikin hujan turun selama tujuh kali 24 jam di Gurun Sahara, mau tidak mau, Acha juga harus melihat anak-anak DIvA’s yang terlihat masih asyik mengobrol dengan Gabriel dan Cakka. Sebersit rasa iri muncul kembali di dada Acha. Membayangkan, seandainya saja dia seperti Ify. Ah, bahkan tak perlu seperti Ify, bisa sepertiganya aja dari Ify, mungkin Acha bisa lebih percaya diri untuk menyapa Gabriel.
Acha menuntaskan minumannya, lalu berdiri. “Nov, gua duluan ya!”. Nova buru-buru berdiri.

“Eh, enak aja, tadi kesini bareng, masa keluarnya ga bareng? Yok, gua juga udah selesai kok…”.

Sambil berjalan beriringan menuju pintu kafetaria, Acha mencuri pandang ke arah Gabriel. Gabriel yang begitu tampan. Yang saat ini tengah memandangi wajah Ify, teman sebangkunya sendiri. Acha mengeluh dalam hati. Rasa iri itu kembali muncul.

***

Angel meneguk kembali jus alpukatnya, lalu mengedarkan pandangan ke arah teman-temannya. “Guys, jadi positif ya? Malam ini kita nonton Cakka manggung bareng bandnya di acara opening café yang baru itu?”

“Ya ampun Angel… Itu daftar acara wajib dataaaaangg… MTV aja bakal ngeliput kan??” seru Zevana, “Penting banget tuh acaraaaa!!!”

Dea mengangguk, menunjukkan persetujuannya. “Gua udah pesen sama Ka Alvin buat jemput gua jam setengah tujuh nanti. Lagian dia ga ada kuliah pagi kok besoknya. Awas aja kalo sampe dia telat jemput gua, bakal gua beri dia status pensiun dini sebagai cowok gua…” kata Dea.

Angel menoleh ke arah Ify yang masih diam, mengerutkan kening, dan bertanya, “Lo juga dateng kan Fy??”
Ify tidak mengalihkan pandangan dari gelas minumannya. Sambil menyodok-nyodok es batu yang tersisa di dasar gelas, dia menghela nafas, kemudian mengangkat bahu sambil menjawab, “Ga tau ya… Gua ga berani janji. Gua males bawa mobil sendirian malem-malem…”

Zevana menoleh dengan cepat ke arah Ify, dan menukas “Yaelah Fy, kayak gitu doang dipikirin. Lo bareng sama Gabriel aja.” Angel menoleh ke arah Gabriel dan bertanya, “Ya kan Yel? Lo bisa kan antar jemput Ify?”

Gabriel tersenyum, dengan senyuman yang bisa bikin Kutub Utara banjir karena es disana habis meleleh.

“Boleh deh. Bisa aja kok. Jam berapa? Setengah tujuh aja gimana?” tanya Gabriel sambil memandang Ify.
Ify mengangkat kedua alisnya tanpa mengalihkan pandangan dari gelas di hadapannya. Dea dan Zevana sudah saling menyodok sambil terbatuk-batuk kecil, menyembunyikan senyum penuh arti di bibir mereka.

“Ya udah lah. Six thirty would be fine with me. Boleh deh.” sahut Ify akhirnya, masih sambil menyodok-nyodok sisa es batu yang sudah mulai mencair.

“Sip! Tiketnya udah di kamu kan Cak?” kata Angel lagi, kali ini sambil memandang Cakka. Cakka menyeringai, dan mengeluarkan sejumlah kertas mengkilat warna-warni berukuran kecil dari kantongnya.

“Ya iya lah… Sebagai pengisi acara, masing-masing anggota band gua dapet jatah tiket gratis. Nih…” kata Cakka, menyerahkan tiket-tiket itu pada Angel. Angel langsung membagi-bagikan tiket itu sambil menghitung jumlahnya.

“Buat gua ama Patton, dua. Zevana sama Irsyad, lo yang bawa ya Zev. Trus, Dea, yang punya lo sama Ka Alvin, lo aja yang bawa ya De. Nah, sekarang yang buat Ify sama Gabriel, mau dibawa masing-masing atau salah satu aja yang pegang nih?” tanya Angel, sambil mengacungkan dua tiket terakhir, jatah Ify dan Gabriel.
Gabriel menoleh ke arah Ify, meminta pendapat. Ify hanya mengangkat bahu, sambil berucap sambil lalu, “You can take it with you…”

Gabriel mengangguk, dan mengambil tiket yang disodorkan Angel padanya. Sambil mengantongi kedua tiket itu, dia berdiri sambil menepuk pundak Cakka.

“Balik yuk Cak!” katanya. Cakka mengikuti Gabriel berdiri. Gabriel tersenyum, ke arah keempat cewek di meja,

“Duluan ya… Fy, ntar malem ya…”

Ify kembali hanya mengangkat alis, dan mengangguk kecil.

Saat Gabriel dan Cakka tak terlihat lagi, Angel langsung menyikut Ify sambil tertawa kecil.

“Cieeee… Kayaknya bakalan ada yang dandan habis-habisan deh malam iniiii…”, komentar Angel tadilangsung diambut derai tawa Dea dan Zevana. Ify melengos.

“Kalian ini apaan sih?” kata Ify sambil menoleh ke arah Angel.

“Ya ampun Fyyy… udahlahhh… Lo slow motion banget sih? Si Gabriel itu kurang apa coba?” tanya Zevana dengan gemas.

“Kenapa emangnya?” sahut Ify lagi dengan ketus.

“Kenapa gimana maksud lo? Fy, dia itu ganteng. Tajir. Jago basket. Dan yang paling penting Fy, ngetop abis. Anak kayak dia tuh tipe yang paling cocok buat ngedampingin elo.” sahut Dea dengan berapi-api. Zevana mengangguk dengan penuh semangat.

Ify menarik bibirnya hingga membentuk sebuah garis tipis. Dia menepikan gelasnya ke pinggir sambil berdiri.

“Enough. Ga usah diomongin lagi. Yang penting, gua malam ini dateng sesuai dengan kepengennya elo semua. Puas?”

“Yaelah Fy. Galak amaaaatt… Eh, tapi ntar beneran dateng lho ya? Kasian Gabriel tuh, udah semangat banget buat jemput kamu!” kata Angel sambil memegangi tangan Ify, berusaha mencegah kepergiannya.

Ify berusaha tersenyum, “Okay, I’ll be there. Eh, gua balik ke kelas dulu ya…” kata Ify, lalu melangkah pergi. Sementara teman-temannya hanya bisa menatap punggungnya, Ify berjalan tegak. Dengan tatapan mata lurus ke depan. Meskipun pikiran dia sedang bercabang. Tapi toh, tak ada yang perlu tahu kan?

+++

Siapa sih yang bisa menyalahkan Acha yang terobsesi dengan Gabriel? Secara Gabriel memang super ganteng begitu. Tapi, apakah kamu setuju dengan Nova bahwa Rio itu lumayan untuk diliatin? Saya sih setuju...
Apa Acha juga akhirnya akan ikut setuju dengan Nova?
Terus, Gabriel direlain buat Ify aja?
Hah? Apa? Pada nanya apaan? Ga kedengerann...!
Oooh, Ozy nya mana? Ozy ada kok sama Rio, di Part 5 ^_^
Masih mau nungguin Part 5 kan ?

Warmest,
= Ami =

~~~~~~

SUMBER : http://idolaciliklovers.ning.com/forum/topics/i-love-you-i-love-you-not-4

You Might Also Like

1 comments

  1. wooo thankyou banget langsung dipost sampai part 4.
    kalau bisa dipost sampai selesai ya :D

    BalasHapus