I Love You, I Love You Not : Part 5

19.07.00

Part 5: Jaelangkung Kelas

Nova menganggap Acha terlalu terobsesi dengan Gabriel, sehingga tidak menyadari bahwa ada cowok lain di muka bumi ini yang juga keren, Rio misalnya.
Sementara itu, Ify didesak oleh teman-temannya untuk segera merespon sikap Gabriel, yang justru ditanggapi Ify dengan ogah-ogahan. Lalu, Rio dan Ozy apa kabar ya?

+++


“Nih… Cobain deh. Kalo suka, ambil aja lagi…” Ozy menyodorkan sebuah kotak plastik berisikan pisang goreng ke arah Rio.

Rio menoleh ke arah Ozy, tersenyum, “Bikinan nenek lo ya?” tanya Rio sambil mengambil sebuah.

“Bukan, bikinan Widi Vierra, bini gua tuh…” sahut Ozy, lalu menjejalkan segigit penuh pisang goreng ke mulutnya.

Rio tertawa kecil, “Itu maksudnya lo becanda kan Zy?” tanya Rio lagi sebelum menggigit pisang gorengnya. Hmm… Enak.

Ozy menelan pisangnya sebelum menjawab “Yah, pengennya sih bukan becandaan Yo. Tapi apa daya sampai saat ini Widi belum membalas SMS gua yang ngajak dia kawin. Jadilah cuma becandaan doang…” kata Ozy sambil menyeringai.

“Eh Yo, ga nyangka akhirnya gua bakal sekelas sama elo. Beuh, berat nih saingan gua…” lanjut Ozy lagi, kemudian menggigit kembali pisangnya.

Rio mengangkat alis sambil mengambil pisang goreng kedua. “Saingan apaan?”

Ozy tertawa, “Lo pikir gampang dapet rangking kalo saingannya elo?”

Rio tersenyum, “Ah, ga juga kali Zy. Perasaan lo juga nilainya ga pernah jelek kok… Saingan sih saingan, tapi tetep fair kan?” sahutnya, sambil menggigit pisang goreng keduanya.

Ozy mengangguk kecil. Dia mengerti, peringkat kelas penting bagi Rio. Sama seperti dirinya.

“Yo, jangan salah paham lho ya. Gua seneng sebangku sama elo, tapi gua juga ga enak kalo caranya mesti kayak gitu tadi…”

Rio tidak menjawab, lebih memilih untuk menghabiskan pisang gorengnya. Setelah pisang goreng itu tuntas, baru dia menjawab, “Udah gua bilang. Bukan salah elo. Salah si baginda ratu itu tuh…” kata Rio sambil menunjuk ke bangku di depannya yang masih kosong, ditinggal pemiliknya yang tengah ke kafetaria. Rio menghela nafas, dan tidak bisa menahan diri untuk menyuarakan kekesalannya.

“Gua ga ngerti deh Zy, sama orang-orang kayak gitu. Orang-orang yang ngerasa berkuasa cuma karena banyak duit, cuma karena ngetop doang…”

Ozy tersenyum, lebih memilih untuk tidak berkomentar. Tadinya dia berniat mengambil sepotong lagi pisang goreng, tapi begitu melihat seorang gadis memasuki kelas, Ozy menghentikan niatnya. Ozy lalu melambai menyapa gadis itu.

“Cha! Habis dari kafetaria?”

Acha berjalan menuju kursinya dan duduk. Dia memutar tubuhnya agar menghadap Ozy dan Rio, lalu mengangguk, menanggapi pertanyaan Ozy tadi.

“Iya. Tadi ke sana, bareng sama Nova. Kamu ga ke kafetaria Zy?” Acha balik bertanya.

Ozy menggeleng, “Beuh. Kafetaria disini mah bukannya ngajak kenyang, yang ada ngajak bangkrut! Mentang-mentang sekolah favorit, jadi aja kafetarianya disalahgunakan sebagai fasilitas penyedot uang saku siswa. Gua dari dulu mending bawa bekal sendiri. Eh, mau nyobain ga nih? Bikinan nenek gua!” kata Ozy sambil menyorongkan kotak bekalnya ke arah Acha.

“Katanya tadi bikinan Widi Vierra…” Rio menyindir sambil mengambil lagi sepotong pisang goreng. Lagi. Kalo diitung-itung sih, udah tiga biji nih Rio ngambilnya…

“Salah ngomong. Lagian Widi ga pernah bikinin gua pisang goreng. Biasanya dia bikinin gua klepon sama onde-onde…” sahut Ozy.

Acha tergelak mendengar kata-kata Ozy. “Ya ampun Zy, kamu sok imut banget sih bawa bekel dari rumah? Jadi inget anak-anak Play Group, tau ga…” kata Acha.

“Eh, gua mah imut beneraaaann… Lagian kalo anak play group kan kotak bekelnya gambar Dora, kalo gua kan gambar Naruto” dengan mimik bangga Ozy memperlihatkan tutup kotak bekalnya pada Acha.

Acha tertawa makin nyaring, “Sama aja kali Zyyyy…” kata Acha.

Ozy tidak menyahut, dia justru mengalihkan pandangan ke arah Rio sambil bertanya, “Yo, ntar pulang bareng aja yuk?”

Rio menggeleng, “Sorry Zy, gua ada jadwal…”

Ozy memiringkan kepalanya ke salah satu sisi sambil menatap Rio, “Oh gitu. Lo masih toh Yo?”
Rio mengangguk. Acha heran, merasa tidak bisa mengikuti pembicaraan kedua teman sekelasnya itu.

“Jadwal apaan Yo? Ekskul? Emang udah ada ekskul yang mulai aktif semenjak hari pertama sekolah?” tanya Acha penasaran.

Rio menggeleng sambil tersenyum tipis. “Bukan ekskul. Gua ada jadwal lain”

Semula Acha ingin bertanya lebih lanjut, tapi tiba-tiba kata-kata Nova tadi terngiang kembali di pikirannya. Apa tadi kata Nova? Oh iya, Rio itu lumayan buat diliatin. Maka Acha menggunakan kesempatan yang ada untuk memperhatikan Rio lebih seksama.

Hmm… Sekali ini, Nova MUNGKIN sedikit benar. Dengan sepasang lesung pipi itu, yah.. sepertinya Rio cukup lumayan deh untuk diliatin, bukan untuk digebukin. Rambutnya sedikit berantakan di bagian depan, bukan berantakan sih, agak-agak berdiri gimanaaa gitu lho, tapi malah keliatan bagus. Apalagi postur tubuhnya sepertinya cukup tinggi. Kalau tidak salah, tadi waktu bertukar tempat duduk dengan Ray, kepala Ray hanya mencapai pundak Rio. Tapi tetap saja, senyum tipis Rio tidak bisa menyaingi senyuman Gabriel. Ah… Gabriel… Pipi Acha terasa panas saat mengingat senyuman Gabriel…

“Cha? CHA! Kok muka lo merah gitu sih ngeliatin Rio? Lo naksir ya? Terus Bang Ozy-mu ini mau diapain?” seru Ozy tiba-tiba sambil menggoyangkan tangannya di depan wajah Acha.

Acha tersedak sendiri. Rio? Kok Rio sih??? Ya ampuuunnn…

Rio sendiri bereaksi dengan cepat atas kata-kata Ozy barusan, tanpa rasa kasihan dia langsung menusukkan pulpennya ke lubang hidung Ozy.
Ozy megap-megap saat mencabut pulpen Rio dari lubang hidungnya, tapi lalu menyeringai.

“Makasih pulpennya Yo. Gua yakin, lo udah ga minat lagi buat make pulpen ini, yang udah pernah jadi penghuni sementara idung gua…” katanya sambil menggoyang-goyangkan pulpen itu di depan wajah Rio.

Acha sebenarnya ingin ikut berpartisipasi dalam membuat Ozy menderita akibat kata-katanya barusan. Tapi begitu melihat ekspresi wajah Ozy yang lucu, Acha tidak bisa menahan diri untuk tertawa.

Bunyi dering bel yang menandakan akhir waktu istirahat menghentikan tawa Acha. Bersamaan saat itu, Ify melangkah masuk, mengibaskan rambut panjangnya, dan langsung duduk di sebelah Acha.

“Dari kafetaria Fy?” tanya Acha.

Ify menoleh, memandang Acha “Lo bukannya tadi juga disana?”

“Iya. Tadi aku kesana sama Nova”

“Disana tadi lo liat gua kan? Trus ngapain lo nanya segala gua habis darimana? Stop asking unnecessary question…” kata Ify, sambil memasukkan dompetnya ke dalam tas.

Wow. Acha tidak mampu menemukan reaksi yang tepat. Dia cuma ternganga. Yang bereaksi justru Rio.

“Dasar jelangkung nyasar lo ya…” kata Rio. Pelan, tapi tetap jelas terdengar.

Ify menegakkan punggung, lalu menoleh ke arah Rio, “Apa kata lo tadi?”

“Lo kayak jelangkung. Kurus. Rese. Nyebelin. Udah puas dengernya? Atau perlu gua tambahin?” kata Rio tak kalah tajam.

Ify menyipitkan matanya, lalu berkata “Ga usah nyari masalah sama gua…”

Hening selama dua detik. Dari tempat duduk mereka berdua, Rio dan Ify saling bertatapan dengan tajam, tidak ada yang mau mengalah, sampai akhirnya sebuah suara memecahkan ketegangan tersebut.

“Fy, mau pisang goreng nggak? Enak lhooo… Widi Vierra aja suka kok!” kata Ozy sambil menyodorkan kotak bekalnya ke arah Ify. Sebuah senyuman lebar menghiasi wajahnya.

Ify mengalihkan pandangan dari Rio, menatap Ozy. Lalu memandang ke arah kotak yang disodorkan Ozy ke arahnya. Ada empat potong pisang goreng tergeletak dengan pasrah di dalam kotak berwarna biru tua itu. Ify menatap Ozy lagi. Ozy yang masih tersenyum lucu sambil menyodorkan kotak itu ke arah Ify. Sungguh, Ify sebenarnya setengah mati ingin meledakkan tawanya. Entah kenapa, senyum yang ada di wajah Ozy betul-betul menggoda seseorang untuk balas tersenyum. Tapi tidak. Seorang Ify tidak semudah itu mengumbar tawa. Maka Ify hanya melengos, dan kembali menghadap ke arah depan.

Ozy mengangkat bahu, “Ya udah, sisanya buat Widi aja deh…”.

Rio dengan kesal mengambil salah satu potongan pisang goreng yang ada, “Lo aneh deh. Jelangkung ditawarin pisang goreng. Orang kayak dia mah makannya paku sama beling…” ujar Rio lagi. Kemudian melampiaskan kekesalannya dengan menggigit pisang goreng KEEMPAT nya itu.

Acha tidak berani berkomentar. Dari tempat duduknya, dia hanya melirik ke arah Ify yang duduk di sebelahnya. Sementara itu, suara kasak-kusuk kelas terhenti dengan masuknya Bu Winda ke kelas itu. Beuh. Daripada nyari masalah sama Bu Winda, jauh lebih aman ngegelitikin buaya yang lagi bad mood pake obor.

Tiba-tiba Ify menoleh ke arah Acha, yang langsung gelagapan. Heran deh, Ify ini pake susuk apa ya? Aura berkuasanya kerasa banget, pikir Acha.

“Um.. Cha? Any spare pen? Pulpen gua macet.” tanya Ify.

Acha mengangguk kecil, mengeluarkan sebuah pulpen lagi dari kotak pensilnya, dan menyerahkannya pada Ify.

“Thanks.” Kata Ify, lalu kembali tekun dengan buku catatannya.

Sambil memandangi papan tulis kembali, Acha menghela nafas. Acha masih tidak mengerti, harus bagaimana dia bersikap dengan “teman” sebangkunya ini.

+++

Beuh. Kok Ify dan Rio malah berantem. Untung ada Ozy yaaa... Ada yang mau pisang goreng yang dibawa Ozy?
Ada yang mau baca Part 6?
Besok ya... Sekarang saya mau beresin berkas usulan naik pangkat dulu..hehehehe...

~~~~~~

SUMBER : http://idolaciliklovers.ning.com/forum/topics/i-love-you-i-love-you-not-5

You Might Also Like

0 comments